Tafsir Berkelana : Menyelami makna Li Ta’arofu (Q.S Al Hujurat:13)
Dokumentasi Tafsir Berkelana
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْاۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ١٣
Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha teliti. (Q.S Al-Hujurat:13)
-
Ada yang berbeda di periode kali ini. Divisi tafsir tak lagi sekedar ruang tafakur dan kajian kitab kuning. Ia menjelma menjadi perjalanan. Program ini lahir dari kesadaran bahwa makna Li Ta’arofu (saling mengenal) dari Q.S Al-Hujurat ayat 13 tidak cukup hanya dibaca, tetapi harus dihayati dan dipraktikkan melalui kebersamaan yang nyata. Ayat itu bukan sekadar panggilan untuk mengenal nama, tetapi ajakan untuk menyelami makna memahami manusia lain. Bahwa dalam perbedaan, ada ruang untuk persaudaraan. Dalam jarak, ada kesempatan untuk memahami. Dan semangat itulah yang coba dihidupkan oleh Divisi Tafsir melalui program terobosan barunya “ Tafsir Berkelana.”
Tafsir Berkelana, sebuah program kerja yang belum pernah hadir di periode sebelumnya. Bukan sekadar rekreasi, melainkan ruang temu kembali yang khusus diperuntukkan bagi para anggota baru divisi tafsir. Tidak ada meja, tidak ada kursi, hanya pasir dan ombak yang menjadi saksi. Pantai adalah metafora luas, tempat air dan angin berdialog tanpa pernah saling mengalahkan. Seperti itu pula harapan program ini, mempertemukan anggota baru Divisi Tafsir, agar saling mengenal bukan sekadar nama, tetapi menjalin tali saudara. Tempatnya dipilih bukan di ruang kaji, melainkan di hamparan alam yaitu Pantai Pandan Payung.
19 oktober 2025, Halaman depan MP UIN Sunan Kalijaga menjadi titik kumpul bagi 31 orang yang sudah siap untuk berkelana, dan terdapat 2 orang yang sudah menunggu ditempat tujuan. Dalam perjalanan, benar-benar berkelana menelusuri jalan berpasir, melewati mendungnya cuaca dan rintik hujan yang sekejap. Setiap langkah rintangan yang dilewati seolah menjadi simbol bahwa persaudaraan tak lahir dari kenyamanan tapi dari perjalanan yang ditempuh bersama.
Sesampainya dipantai, pengurus mengarahkan untuk semua yang hadir untuk duduk membentuk lingkaran diatas pasir pantai, disanalah makna Li Ta’arofu benar–benar hidup, Satu persatu memperkenalkan diri diikuti dengan menyebutkan nama orang sebelumnya. Dengan kesepakatan awal, siapa yang lupa akan nama teman sebelahnya mendapati hukuman. Setelah selesai sesi perkenalan, dilanjut bernyanyi-nyanyi sebagai bentuk hukumannya. Suara ombak menjadi irama latar bagi kebersamaan yang tumbuh pelan tapi pasti.
Tak lama kemudian sesi berikutnya menjadi momentum bersejarah di divisi tafsir, suasana berubah menjadi lebih seru nan khidmat yakni, pemilihan ketua angkatan pertama Divisi Tafsir 2025. Delapan nama diajukan dari teman-teman tafsir, kemudian, tiga terpilih melalui voting terbanyak hingga akhirnya diputaran voting kedua menghantarkan Raden faris Muntashir sebagai ketua angkatan divisi tafsir pada periode 2025 ini. Sorak bahagia dari tim sukses faris. Kemudian dilanjut sambutan dari Koordinator Divisi Tafsir, Iklil Muhaiyaddin dan sambutan pertama yang singkat dari Raden Faris. Menjelang dzuhur, suasana berlanjut untuk istirahat makan bersama dan sholat sebelum lanjut acara berikutnya.
Siang itu, pantai menjadi saksi tawa yang tak henti. Acara games dimulai dari games In Out, Rebut Bola, hingga Voli Sarung Air yang tepat bermain di tepi pantai, tiap permainan menyalakan semangat, mempererat hubungan tanpa sekat. Yang kalah mendapat hukuman membuat pantun dan quotes of the day, menambah warna di antara riuh gelak mereka. Tak ada yang menang sendiri, sebab yang hadir bukan untuk saling mengalahkan, melainkan saling mengenal lebih dalam.
Menjelang sore, semua berlarian menuju pantai. Ombak menyambut dengan lembut dan diantara cipratan air, terdengar tawa yang tulus, tawa yang mungkin akan menjadi ingatan panjang tentang masa pertama mereka mengenal kata “kita”. Kamera dari tim multimedia mengabadikan semua momen itu, potret-potret wajah bahagia yang akan menjadi sejarah kecil bagi Divisi Tafsir. Suasana mendung meneduhkan, memberi ruang untuk merenung. Sebelum acara ditutup ada pembagian snack berisi kata-kata motivasi dari pengurus divisi tafsir. Dan Do’a bersama menutup hari itu. Tak ada yang benar-benar berakhir, sebab dari pantai itu, mereka membawa pulang sesuatu yang lebih dari sekadar kenangan yaitu makna li ta’arofu yang hidup, yang kini terpatri dalam perjalanan mereka sebagai keluarga Tafsir.
Divisi Tafsir, lewat langkah kecil ini, tengah menulis bab penting,Bahwa sebelum menafsirkan kitab, kita harus terlebih dahulu menafsirkan manusia.
Oleh : Suci Wulandari